Label

buku (1) celotehanku (4) diary (1) flash fiksi (2) FLP (1) hikz (2) karyaku (1) lyric (5) resensi (1)

Sabtu, 15 Desember 2012

mari menulis cerita! :)


Pernah terbersit dalam pikiran, bahwa hidup itu layaknya sebuah novel. Entah karena kehidupan yang bisa dinovelkan atau sebaliknya, novel yang bisa dihidupkan. Yang jelas, keduanya saling berkaitan. Karena keduanya sama-sama mengungkapkan cerita.
Ada banyak buku, khususnya novel yang saya suka. Salah satunya berjudul Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan. Ahad,  9 Desember yang lalu, saya bertemu langsung dengan penulisnya. Bersama kawan-kawan dari Komunitas Taraje, kami berkesempatan mendapatkan pelatihan menulis ‘ekslusif’ dari mas Tasaro GK, penulis novel yang saya sebutkan di atas. Materi yang diberikan adalah mengenai teknik menulis cerita.
Hm...mengapa bentuk cerita/fiksi yang dipilih untuk dituliskan? Mas Tasaro memaparkan bahwa sebagai manusia kita menyukai cerita. Pada dasarnya itu merupakan sunatullah. kisah-kisah dalam Al-qur’an adalah buktinya. Allah menerangkan kepada kita mengenai kehidupan terdahulu melalui kisah-kisah atau cerita tersebut agar kita dapat mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Allah, Sang Maha Pencipta mengetahui bahwa kita menyukai cerita.
Tulisan dalam bentuk cerita lebih mudah dipahami dan lebih melekat dalam ingatan pembaca. Buktinya, kita lebih mudah dan cepat memahami jalan cerita sebuah novel atau cerpen daripada isi sebuah buku pelajaran, bukan?
Cerita yang terkesan ‘ringan’ ternyata menyimpan kekuatan di dalamnya. Kekuatan tersebut terletak pada alur, karakter dan diksi. Itulah ketiga hal yang biasanya paling melekat di ingatan para pembaca.

Alur
   Alur atau jalan cerita dapat dirangkai dengan beberapa tahapan.
1.      tentukan tokoh
2.      tentukan impian terbesar, cita-cita, keinginan atau tujuan hidup sang sokoh yang nantinya kan mendominasi cerita.
3.      tentukan apa saja yang mungkin jadi penghalang bagi sang tokoh dalam mewujudkan impiannya tersebut. Biasanya berupa tokoh antagonis. Tapi, halangan yang ada bisa saja berupa kondisi atau keadaan yang menyulitkan. Seperti masalah perekonomian, bencana alam, dll.
4.      ceritakan bagaimana lika-liku sang tokoh dalam mencapai impiannya.
5.      ceritakan bagaimana sang tokoh mendapatkan ‘pencerahan’ dan akhirnya berubah pikiran. inilah yang jadi point penting dalam sebuah alur cerita.
6.      ceritakan dengan detail yang dramatis saat-saat sang tokoh mencapai impiannya.
7.      tutup cerita dengan akhir yang mengesankan bagi pembaca.
   
Karakter
 Disadari atau tidak, seorang penulis biasanya memasukan bagian dari dirinya sendiri ke dalam cerita yang ditulisnya. Memang kita sebaiknya menulis tentang sesuatu yang benar-benar kita kenal atau kita ketahui dengan pasti. Namun, ketika semua hal itu habis kita eksplorasi. Yang harus kita lakukan adalah menciptakan sosok atau karakter baru yang imajinatif.
tipsnya adalah dengan mengenali karakter-karakter lain di luar diri kita sendiri. Misal, keluarga, sahabat, kerabat, tetangga, dll. atau, berkenalan dengan orang-orang baru.
Menciptakan sebuah karakter unik ternyata mudah sekali. Caranya:
1. tentukan satu tokoh (imajinatif)
2. buatlah daftar nama-nama orang yang kita kenal.
3. buatlah deskripsi diri sesuai dengan satu nama yang kita pilih dari daftar tersebut secara acak.
4. tentukan karakter/sifat tertentu yang akan dimiliki sang tokoh. Sifat ini dapat diambil berdasarkan sifat yang dimiliki orang-orang dalam daftar nama di atas.
5. kombinasikan sifat-sifat orang-orang tersebut ke dalam diri tokoh imajinatif kita.
Usahakanlah agar setiap tokoh yang terlibat dalam cerita memiliki karakter yang kuat sehingga pembaca dapat mengenali perbedaan masing-masing karakternya.
Perbedaan ini dapat diasah dengan memunculkan sebuah permasalahan di tengah-tengah cerita. Ketika beberapa karakter berbeda dihadapkan pada sebuah masalah yang sama akan terlihat perbedaan yang jelas pada sudut pandang atau pola pikir masing-masing karakternya. Inilah yang dinamakan keberhasilan seorang penulis dalam menciptakan karakter.

Diksi
Sebuah karya sastra biasanya dikenali melalui gaya bahasanya. Bagi saya, salah satu penulis dengan diksi yang mengagumkan adalah pengisi materi ini, yaitu mas Tasaro GK sendiri. Dalam buku Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan, saya sangat terkesan dengan panggilan yang dituliskan mas Tas setiap kali menyebut Rasulullah pada pembukaan hampir setiap bab dalam buku tersebut. Maka hal itulah yang saya ingat saat mas Tas menyinggung tentang diksi pada pelatihan ini. Padahal yang disinggung kala itu adalah diksi dalam puisinya Sapardi Djoko Damono lho.hehehe....
Pembahasan tentang diksi ini terasa istimewa. Sebab, bukan hanya teori yang dipaparkan melainkan juga ‘praktek lapangan’.
Mas Tas mengemukakan sebuah teknik penulisan yang diberi nama ‘teknik menulis 5 indra+1’. intinya, bagaimana agar pembaca dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh sang tokoh. Melihat apa yang dilihat tokoh tersebut, mendengar, mencium dan mengecap rasa atau apapun yang diindera oleh sang tokoh.
Kekuatan sesungguhnya dari sebuah karya fiksi adalah penginderaan ini. Kuncinya ada pada analogi.
Penulis harus jeli menangkap setiap detail disekitarnya. Baik itu orang, lingkungan, alam, kondisi masyarakat, dsb. Koneksikan semua itu ke dalam cerita. Sehingga banyak informasi yang bisa dituangkan. ‘Teknik menulis 5 indra+1’ ini sangat memudahkan penulis untuk menyampaikan cerita dengan baik kepada pembacanya.
Nah, mengenai hambatan dalam menulis, menurut mas Tasaro GK, sebenanarnya hanya ada dua hal yang menjadi faktor penghambat:
1. Kebuntuan ide.
    Jika hal ini terjadi, maka kita butuh refreshing. Inspirasi bisa didapat saat kita berhadapan denagn ha-hal baru. Jalan-jalan, membaca buku dan bersilaturahmi juga cukup efektif mengatasi hal ini.
2. Kritik
    Apapun yang kita lakukan, pasti akan mendapatkan tanggapan dari orang lain. menulispun demikian. Jadi, bijaksanalah dalam menghadapi kritikan. Sebab, kritik sebenarnya adalah nutrisi. Jika mampu kita kelola dengan baik, kritik itu justru bisa menjadi kekuatan yang membuat karya kita semakin baik di masa yang akan datang.

Jika menulis adalah bagian dari hidupmu, berceritalah melaui tulisanmu! J


#

Terima kasih saya ucapkan kepada mas Tasaro GK, Antitesa dan Komunitas Taraje. Semoga ilmu yang diberikan menjadi berkah bagi kehidupan.