Label

buku (1) celotehanku (4) diary (1) flash fiksi (2) FLP (1) hikz (2) karyaku (1) lyric (5) resensi (1)

Sabtu, 15 Desember 2012

mari menulis cerita! :)


Pernah terbersit dalam pikiran, bahwa hidup itu layaknya sebuah novel. Entah karena kehidupan yang bisa dinovelkan atau sebaliknya, novel yang bisa dihidupkan. Yang jelas, keduanya saling berkaitan. Karena keduanya sama-sama mengungkapkan cerita.
Ada banyak buku, khususnya novel yang saya suka. Salah satunya berjudul Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan. Ahad,  9 Desember yang lalu, saya bertemu langsung dengan penulisnya. Bersama kawan-kawan dari Komunitas Taraje, kami berkesempatan mendapatkan pelatihan menulis ‘ekslusif’ dari mas Tasaro GK, penulis novel yang saya sebutkan di atas. Materi yang diberikan adalah mengenai teknik menulis cerita.
Hm...mengapa bentuk cerita/fiksi yang dipilih untuk dituliskan? Mas Tasaro memaparkan bahwa sebagai manusia kita menyukai cerita. Pada dasarnya itu merupakan sunatullah. kisah-kisah dalam Al-qur’an adalah buktinya. Allah menerangkan kepada kita mengenai kehidupan terdahulu melalui kisah-kisah atau cerita tersebut agar kita dapat mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Allah, Sang Maha Pencipta mengetahui bahwa kita menyukai cerita.
Tulisan dalam bentuk cerita lebih mudah dipahami dan lebih melekat dalam ingatan pembaca. Buktinya, kita lebih mudah dan cepat memahami jalan cerita sebuah novel atau cerpen daripada isi sebuah buku pelajaran, bukan?
Cerita yang terkesan ‘ringan’ ternyata menyimpan kekuatan di dalamnya. Kekuatan tersebut terletak pada alur, karakter dan diksi. Itulah ketiga hal yang biasanya paling melekat di ingatan para pembaca.

Alur
   Alur atau jalan cerita dapat dirangkai dengan beberapa tahapan.
1.      tentukan tokoh
2.      tentukan impian terbesar, cita-cita, keinginan atau tujuan hidup sang sokoh yang nantinya kan mendominasi cerita.
3.      tentukan apa saja yang mungkin jadi penghalang bagi sang tokoh dalam mewujudkan impiannya tersebut. Biasanya berupa tokoh antagonis. Tapi, halangan yang ada bisa saja berupa kondisi atau keadaan yang menyulitkan. Seperti masalah perekonomian, bencana alam, dll.
4.      ceritakan bagaimana lika-liku sang tokoh dalam mencapai impiannya.
5.      ceritakan bagaimana sang tokoh mendapatkan ‘pencerahan’ dan akhirnya berubah pikiran. inilah yang jadi point penting dalam sebuah alur cerita.
6.      ceritakan dengan detail yang dramatis saat-saat sang tokoh mencapai impiannya.
7.      tutup cerita dengan akhir yang mengesankan bagi pembaca.
   
Karakter
 Disadari atau tidak, seorang penulis biasanya memasukan bagian dari dirinya sendiri ke dalam cerita yang ditulisnya. Memang kita sebaiknya menulis tentang sesuatu yang benar-benar kita kenal atau kita ketahui dengan pasti. Namun, ketika semua hal itu habis kita eksplorasi. Yang harus kita lakukan adalah menciptakan sosok atau karakter baru yang imajinatif.
tipsnya adalah dengan mengenali karakter-karakter lain di luar diri kita sendiri. Misal, keluarga, sahabat, kerabat, tetangga, dll. atau, berkenalan dengan orang-orang baru.
Menciptakan sebuah karakter unik ternyata mudah sekali. Caranya:
1. tentukan satu tokoh (imajinatif)
2. buatlah daftar nama-nama orang yang kita kenal.
3. buatlah deskripsi diri sesuai dengan satu nama yang kita pilih dari daftar tersebut secara acak.
4. tentukan karakter/sifat tertentu yang akan dimiliki sang tokoh. Sifat ini dapat diambil berdasarkan sifat yang dimiliki orang-orang dalam daftar nama di atas.
5. kombinasikan sifat-sifat orang-orang tersebut ke dalam diri tokoh imajinatif kita.
Usahakanlah agar setiap tokoh yang terlibat dalam cerita memiliki karakter yang kuat sehingga pembaca dapat mengenali perbedaan masing-masing karakternya.
Perbedaan ini dapat diasah dengan memunculkan sebuah permasalahan di tengah-tengah cerita. Ketika beberapa karakter berbeda dihadapkan pada sebuah masalah yang sama akan terlihat perbedaan yang jelas pada sudut pandang atau pola pikir masing-masing karakternya. Inilah yang dinamakan keberhasilan seorang penulis dalam menciptakan karakter.

Diksi
Sebuah karya sastra biasanya dikenali melalui gaya bahasanya. Bagi saya, salah satu penulis dengan diksi yang mengagumkan adalah pengisi materi ini, yaitu mas Tasaro GK sendiri. Dalam buku Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan, saya sangat terkesan dengan panggilan yang dituliskan mas Tas setiap kali menyebut Rasulullah pada pembukaan hampir setiap bab dalam buku tersebut. Maka hal itulah yang saya ingat saat mas Tas menyinggung tentang diksi pada pelatihan ini. Padahal yang disinggung kala itu adalah diksi dalam puisinya Sapardi Djoko Damono lho.hehehe....
Pembahasan tentang diksi ini terasa istimewa. Sebab, bukan hanya teori yang dipaparkan melainkan juga ‘praktek lapangan’.
Mas Tas mengemukakan sebuah teknik penulisan yang diberi nama ‘teknik menulis 5 indra+1’. intinya, bagaimana agar pembaca dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh sang tokoh. Melihat apa yang dilihat tokoh tersebut, mendengar, mencium dan mengecap rasa atau apapun yang diindera oleh sang tokoh.
Kekuatan sesungguhnya dari sebuah karya fiksi adalah penginderaan ini. Kuncinya ada pada analogi.
Penulis harus jeli menangkap setiap detail disekitarnya. Baik itu orang, lingkungan, alam, kondisi masyarakat, dsb. Koneksikan semua itu ke dalam cerita. Sehingga banyak informasi yang bisa dituangkan. ‘Teknik menulis 5 indra+1’ ini sangat memudahkan penulis untuk menyampaikan cerita dengan baik kepada pembacanya.
Nah, mengenai hambatan dalam menulis, menurut mas Tasaro GK, sebenanarnya hanya ada dua hal yang menjadi faktor penghambat:
1. Kebuntuan ide.
    Jika hal ini terjadi, maka kita butuh refreshing. Inspirasi bisa didapat saat kita berhadapan denagn ha-hal baru. Jalan-jalan, membaca buku dan bersilaturahmi juga cukup efektif mengatasi hal ini.
2. Kritik
    Apapun yang kita lakukan, pasti akan mendapatkan tanggapan dari orang lain. menulispun demikian. Jadi, bijaksanalah dalam menghadapi kritikan. Sebab, kritik sebenarnya adalah nutrisi. Jika mampu kita kelola dengan baik, kritik itu justru bisa menjadi kekuatan yang membuat karya kita semakin baik di masa yang akan datang.

Jika menulis adalah bagian dari hidupmu, berceritalah melaui tulisanmu! J


#

Terima kasih saya ucapkan kepada mas Tasaro GK, Antitesa dan Komunitas Taraje. Semoga ilmu yang diberikan menjadi berkah bagi kehidupan.

Minggu, 04 November 2012

Rahasia Dibalik Aku dan FLP


♫ It’s kinda funny
♫ How life can change...

Jika memikirkan masa lalu, hampir semua hal yang terjadi saat ini sepertinya mustahil. Seolah ada sebuah sistem yang mengatur semua kejadian. Setahap demi setahap, selangkah demi selangkah, hingga tanpa kita sadari sampailah kita pada detik ini. Tiba pada sebuah tujuan yang ketika kita memikirkannya di masa lalu hal itu masih menjadi sebuah kemustahilan.
10 tahun lalu, aku adalah seorang siswi SMK yang sangat menggandrungi buku. Hobby membaca dan suka sekali menulis. Namanya juga kutu buku, selalu identik dengan sifat pendiam dan penyendiri. Begitulah aku saat itu. sekarang pun mungkin masih begitu, tapi sudah sedikit lebih baik. Insya Allah.
Awal aku menulis adalah untuk bicara. Mengeluarkan isi pikiran agar bisa dimengerti orang lain. Karena melalui lisan, justru sering terjadi kesalahpahaman. Maklum, aku kurang mampu berkomunikasi secara langsung. Maka, aku memilih tulisan. Dengan menulis, aku berbicara. Aku bisa bersuara dan didengar dunia.
Sayangnya, di dunia ini kenyataan seringkali tidak sesuai dengan apa yang kita harapakan. Aku harap dunia bisa mendengar, tapi nyatanya untuk melihat saja susah. Katanya buta huruf sudah musnah, tapi sedikit sekali orang yang tertarik untuk membaca. Kalau begitu untuk apa mereka melek huruf?
Kenyataan ini lah yang terjadi di lingkungan sekitarku. Bahkan mungkin di Indonesia pada umumnya. Entah karena tingkat pendidikan yang rendah atau apa, sepertinya kegiatan menulis dan membaca selalu diidentikan dengan kata belajar. Belajar identik dengan sekolah. Sekolah identik dengan pendidikan. Pendidikan identik dengan sifat eksklusif. Tinggi, mulia, dan mahal. Banyak yang mengejarnya, tapi tidak sedikit yang justru mengesampingkannya.
Keluarga dan lingkunganku mungkin bagian dari yang tidak sedikit itu. begitu lulus SMK, aku sadar bahwa keadaan ini belum mampu aku lawan. Keinginan untuk kuliah aku urungkan. Keterbatasan dana memang jadi kendala utama. Namun, sebenarnya ada sesuatu yang lebih besar lagi dari itu. kesadaran tentang pentingnya pendidikan dan kewajiban untuk meraihnya.
Maka, aku terus menyimpan impian. Terus berharap. Menjaga cita-cita. Aku masih membaca, manulis dan bergaul dengan buku meski tidak lagi bersekolah juga tidak kuliah. Mungkin di mata  dunia aku sedang melakukan hal yang sia-sia. Tapi, aku yakin tidak demikian di mata Allah.
Membaca dan menulis adalah sebuah kebaikan. Mengerjakannya adalah kebaikan. Dan insya allah tidak ada yang sia-sia ketika kita berusaha untuk memperoleh kebaikan. Meski banyak keterbatasan dan sedikit sekali dukungan, aku terus bertahan dengan keyakinan itu.
Suatu hari, 10 tahun yang lalu, mataku terjerat oleh sebuah buku. Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Saat itu aku tidak tahu itu buku apa. Yang aku lihat hanya covernya saja. gambar animasi seorang gadis manis berjilbab pink. Ilustrasi itu benar-benar melekat di kepalaku. Berbulan-bulan aku mencari buku itu. judulnya Aisyah Putri. Penulisnya Asma Nadia.
Subhanallah. Itu adalah sebuah serial yang benar-benar menginspirasi. Rasanya ingin sekali semua orang tahu tentang buku ini. aku yakin sekali, buku seperti inilah yang harus di baca oleh semua remaja muslim Indonesia. Buku seperti inilah yang harusnya ada. Saat itu juga aku putuskan, buku seperti inilah yang ingin aku buat.
Aisyah Putri menjadi penanda perkenalanku dengan sastra Islam dan Forum Lingkar Pena. Dari profil Asma Nadia dan Helvy Tiana Rossa, aku mengintip FLP. sebuah organisasi kepenulisan yang membuat mataku berbinar-binar. Sempat terbersit keinginan untuk bergabung di dalamnya. Namun, saat itu keadaan masih tidak memungkinkan.
Aku bukanlah siapa-siapa. Menulis pun masih sekedar goresan tak karuan. Rasanya masih jauh sekali untuk mencapai cita-cita menjadi penulis sungguhan. Namun, cita-cita itu tetap aku genggam. Sampai mati sekalipun, aku tidak akan membunuh impian.
Percaya atau tidak, impian itu memiliki kekuatan untuk membangun. Di sana ada visi. Di sana ada gambaran masa depan. Ada dorongan untuk mewujudkannya menjadi kenyataan. Kekuatan itu mengarahkan kita pada ikhtiar dan do’a.
Aku semakin tertarik pada dunia tulis-menulis, terutama sastra Islami. itu jugalah yang mengenalkanku pada dunia Islam. Ada gambaran tentang kehidupan yang ideal  juga hikmah dan keteladanan di dalamnya. Sastra yang indah sekaligus bermakna. Aku pun mulai mengoleksi buku-buku. Beberapa karya penulis FLP menjadi koleksi bacaanku. Satu per satu akhirnya memenuhi meja. Seiring dengan itu banyak perkembangan yang terjadi pada diriku. Mulai dari pola pikir, pemahaman, pengetahuan, dan lain sebagainya. Membaca telah merubah segalanya. Dunia seakan mulai terbuka.
Langkahku akhirnya berujung pada pertemuan dengan organisasi yang selama ini aku impikan. Tidak kusangka setelah 10 tahun, akhirnya keinginanku untuk bergabung dengan FLP terlaksana. Hal itu terjadi justru di tempat yang tidak kusangka-sangka. Ya, awalnya aku terhubung dengan FLP melaui facebook. Siapa yang bisa menduga? Yang namanya handphone saja baru aku kenal 4 tahun lalu, sedangkan masalah koneksi internet baru aku pelajari 2 tahun yang lalu. Dan, hubungan dengan FLP baru dimulai kurang lebih setahun yang lalu.
Aku akui telah tertinggal dalam banyak hal. Terutama dalam bidang keilmuan. Aku tidak pernah kuliah. Saat ini aku bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan garment. Waktuku banyak tersita di tempat kerja. Boleh dibilang, aku lebih sering online di depan mesin jahit ketimbang komputer. Tapi, dalam satu seminggu, ada satu hari yang selalu bisa menghapus penat pekerjaan. Itu adalah sabtu sore dimana kajian rutin FLP Purwakarta dilangsungkan.
Hari itu tasku selalu terisi buku. Lucunya, buku-buku itu aku bawa ke pabrik tempat kerjaku. Awalnya malu, tapi lama-lama beberapa teman juga tahu. Mungkin, masih ada yang mencemooh kelakuanku, mengingat membaca belum jadi budaya dalam keseharian bangsa kita. Mungkin juga ada yang menganggap aku sok intelek karena buku tadi. Tapi, tidak sedikit juga yang kemudian menyatakan suka. Mereka tertarik juga untuk membaca. Kendalanya hanya buku-bukunya saja yang tidak ada. Maka, aku pinjami mereka. Ini aku sebut kegiatan berbagi kebaikan.
Bukankan menulis itu adalah menyampaikan pemikiran? Dan, menyampaikan itu juga bagian dari berbagi. FLP telah mengajarkan banyak kebaikan semacam itu. Kami diharapkan bukan untuk sekedar menulis. Melainkan, menyuguhkan manfaat bagi pembaca. Mencerahkan dan memotivasi. oleh karena itulah, FLP bukan sekedar organisasi kepenulisan biasa. Forum ini juga menjadi bagian dari pembentukan karakter penulisnya.
Alhamdulillah, ternyata aku bukan satu-satunya orang aneh di dunia. Benar. Di FLP malah lebih banyak orang yang aneh dan lebih gila lagi  karena semua suka membaca dan suka menulis. Kecintaan inilah yang menyatukan kami.Terserah apapun yang dikatakan orang. Setiap manusia memang memiliki pandangan dan penilaian yang berbeda-beda. Namun, intinya tidak ada satupun yang berhak menghalangi seseorang untuk berbuat kebaikan bagi dirinya.
Jika dulu aku tidak mampu melawan keadaan yang mengungkungku. Jika dulu aku memilih untuk mengubur keinginanku. Sekarang tidak. Aku dan manusia manapun memiliki hak yang sama untuk menentukan arah hidupnya. jadi, boleh kan buruh pabrik jadi penulis. Hehehe...
10 tahun aku telah tertidur. Sedikit sekali yang aku lakukan untuk mengejar mimpi itu. Tapi, percaya atau tidak, nyatanya sekarang aku punya tulisan. Lucunya lagi, walaupun tidak pernah kuliah tapi seminggu sekali aku pergi ke kampus karena rutinan FLP Purwakarta diadakan di area sebuah kampus ternama. Walaupun tidak kuliah, toh Ilmu itu bertebaran di sekitar. Kita bisa menangkapnya dengan ‘membaca’.
Memang ada sebuah sistem yang mengatur perjalanan hidup kita. Sistem itu kita kenal dengan sebutan Sunatullah. Setiap yang kita jalani tertulis dalam skenario takdir. Hanya Allah yang mampu mengaturnya sedemikian indah. Kita seringkali tidak sadar bahwa sesungguhnya Dialah yang memeperjalankan langkah kita hingga sampailah kita pada tujuan yang tadinya kita anggap mustahil untuk dicapai. Allah lah rahasia keajaiban dalam hidup kita.
Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha ilallah wallahu akbar.


Purwakarta, 12-02-2012

***

Diposting di:

Jumat, 02 November 2012

DONGENG EMAK


Aya hiji raja. Kabeki na teh gedang asak. Sebeuh teuing. Paeh.
Susunan kalimat itu merupakan sebuah dongeng. Aku tidak perlu google untuk menerjemahkan bahasanya. arti dongeng itu adalah sebagai berikut:
“Ada seorang raja. Kesukaannya pepaya matang. Kekenyangan. Mati.”
Itu adalah dongeng tersingkat dan paling unik yang sering dikisahkan emak padaku. Saking singkatnya aku hafal dongeng itu di luar kepala. Sebuah dongeng yang tidak akan terlupakan.
Itu dongeng andalan emak. Seringkali ia menceritakannya dengan intonasi yang khas. Kalimat pertama dimulai dengan serius. Kalimat kedua disertai penekanan yang lembut. Kalimat ketiga dihidangkan dengan datar. Dan, eksekusi mati pada kalimat terakhir diucapkan dengan panjang, sangat ringan dan jenaka. Biasanya kami akan tertawa di akhir cerita. Padahal ceritanya sama sekali tidak lucu kan?
Konyol sekali. Dongeng yang janggal. Aneh, tapi selalu menarik perhatian setiap kali dikisahkan. Hingga lama-lama  membosankan dan dijadikan sebagai olok-olokan.
Jika ada yang makan banyak, aku akan berkata, ”Aya hiji raja. Bla..bla..bla..”
Jika ada yang minta dibuatkan karangan, aku juga akan bercerita, “Aya hiji raja. Bla..bla..bla..”
Jika sedang mengobrol bisa saja kusambung pembicaraan dengan kalimat, “Aya hiji raja. Bla..bla..bla..”
Dulu aku memang menganggap dongeng itu sangat konyol. Aneh dan memalukan. Dongeng macam apa itu? Tapi akhirnya aku maklum. Nenek yg biasa kupanggil emak itu bukanlah orang yg berpendidikan. Ia seorang buta huruf tulen yang masih eksis di bumi saat dongeng itu ngetren di telinga kami. Tapi ada satu hal yg membutku salut pada kebutahurufannya.
Emak adalah seorang warakauri, janda pensiunan polisi. Ada banyak dokumen penting yang ia miliki. Terkadang aku heran bagaimana mungkin seorang buta huruf seperti dirinya bisa bergaul dengan dokumen-dokumen itu. Aku yang bisa baca tulis ini ternyata bodoh. Seringkali aku lupa menaruh apa dimana. Ketika perlu sesuatu, aku menagcak-acak semuanya. Berbeda dengan emak. Ia mengumpulkan apa saja, baik itu surat penting, sertifikat, catatan, kwitansi, bon, sampai stuk belanjaan. Bahkan, beliau punya koleksi bukti pembayaran rekening listrik lengkap setiap edisi. Semuanya rapi tersimpan dalam satu bundelan. Karena bagi emakku yang buta huruf itu, setiap kertas berisi tulisan adalah dokumen penting. Maka, ia menyimpan semua itu dengan baik.

***

Jika kupikir ulang dari mana hobi menulisku bermula, aku akan teringat emak dan dongengnya. Sejak kecil hingga remaja bahkan hingga ia tiada, aku selalu satu kamar denagnanya. Setiap malam kami mendengarkan dongeng sunda dari radio butut miliknya. Kami tidak terpisahkan.
Aku dan emak selalu bersama. Dulu aku sempat merasa malu jika dipinta menemaninya bepergian. Terutama karena penampilan emak yang selalu ‘wah’ mencolok mata, juga sikap udik dan gangguan pada pendengarannya. Betapa aku menyesal karena rasa malu itu pernah ada. Padahal, banyak sekali kebaikan dalam diri emak dibalik itu semua.
Masalah pendengaran sering membuatnya jadi bahan lelucon dan tertawaan orang. Ditambah lagi intonasi tinggi yang mereka pakai saat bicara dengannya. Aku marah jika emakku diperlakukan tidak sopan atau dihina. Namun, akupun sadar, bentakan juga pernah keluar dari mulut kami, keluarganya. Aku menyayangi emak, tapi ternyata belum cukup sabar menghadapi kekurangannya.
Sementara emak sendiri begitu baik pada kami semua. Setiap kali bepergian, pulangnnya beliau selalu membawa buah tangan. Entah itu pakaian, makanan, jajanan atau camilan bahkan sekedar air mineral gelasan dari hajatan tetangga. Tangan tua itu tidak pernah hampa. Selalu ada sesuatu yang dibawakannya untuk keluarga.
Jika mengunjungi anaknya, emak selalu menghantarkan nasi timbel. Tidak peduli anaknya sudah masak atau belum. Timbel menjadi oleh-oleh wajib khas emak. Jika cucunya yang datang berkunjung, emak akan membeli mainan, atau buah-buahan sebagai persiapan penyambutan. Biasanya emak akan membagi buah-buahan tersebut agar cucunya tidak saling iri. Sering kali ia menyisihkan buah-buahan untuk cucunya yang ada di luar kota. Aku ingat, pernah ada buah mangga mangga yang diperam sampai busuk di kolong tempat tidur karena cucu yang dinanti ternyata tidak juga datang mengunjunginya. Kasihan emakku.
Emak selalu memberi. Tidak peduli banyak atau sedikit. Ia akan senantiasa mengusahakan apapun untuk kebahagiaan anak dan cucunya.

***

Mataku baru terbuka akan semua kasih sayangnya itu ketika pada suatu waktu ia menatapku sendu kelabu. Pada rambut putih, ciput lusuh, kaos belel dan kain yang melekat di tubuhnya aku menemukan kesahajaan miliknya. Ada ketulusan yang terpancar disana. Namun, pada bola matanya seperti ada duka yang menyiratkan tanya. Apakah kasih sayang yang selama ini diberikannya cukup untuk kami semua? Apakah semua itu akan berbalas kebaikan juga untuknya?
Saat itu aku sedang bermain bermain dengan kucingku. Dan, aku tak sanggup menatap matanya lebih lama. Bening air mata telah terlanjur mengaburkan pandanganku. Aku tak mampu menjawab pertanyaan itu.
Pernah sekali waktu aku melihatnya begitu gembira. Yaitu pada sebuah perjalanan ke luar kota. Emak melahap cokelat yang sebagian sudah meleleh dan melekat pada bungkusnya. Ketika itu kami berada dalam sebuah angkot. Seorang nenek makan cokelat batangan dalam angkot. Aku meras itu lucu. Tak tahan aku tertawa. Aku senang melihatnya gembira. Itu kali pertama aku tidak merasakan malu berpergian bersamanya. Betapa sekarang aku merindukan perjalanan-perjalanan itu. Jika sebatang cokelat dapat membuatnya bahagia, aku berjanji pada diriku sendiri, suatu hari nanti aku akan membelikannya cokelat dan es krim dengan uangku sendiri.
Pada 10 hari pertama awal Ramadhan 6 tahun lalu, ia membangunkannku di tengah malam. beberapa waktu sebelumnya aku dipecat dari pekerjaan. Saat itu emak sedang sakit. Tertutup sudah kesempatan untuk membelikannya cokelat. Karena, malam itu ia menghembuskan nafasnya yang terakhir setelah berbaring di pangkuanku beberapa saat.

***

“aya hiji raja...”
Dongeng singkat itu bermakna luas. Manusia tidak boleh serakah. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Siapapaun orangnya pasti akan mati pada akhirnya.
Dalam kesahajaan dan kekurangan juga di setiap dongengnya, emak telah mengajarkanku suatu hikmah yang berharga. Berbagilah dalam hidup sebelum ajal menjemput. Dan, melalui tulisan ini, aku ingin berbagi hikmah yang sama.

***

In memoriam: almarhum emak  yang belum naik haji.
Semoga Allah melapangkan kuburnya, mengampuni dosa-dosanya, dan menerima semua amal ibadah serta membalas kebaikannya. Aamiin...

***

Rabu, 19 September 2012

ada rindu pada mama di kelas bahasa arab

selalu berlinang rindu dalam genangan air mata setiap kali mengenangnya....
dialah cinta.
dialah rindu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
ma,
seandainya saja dapat kutemukan bundel kertas lusuh berisi tulisan tanganmu itu, entah senyum atau tangis yg mungkin terukir di wajahku. 

ma,
dulu aku pernah berniat menyimpannya. benar-benar menyimpannya. bukan sekedar arsip pribadi tapi sebagai kenangan di hati. kenangan tentang dirimu yang bersahaja dan begitu lugu.
aku masih ingat tulisan tanganmu itu. berjajar agak rapi pada lembaran kertas usang bergaris-garis. saat melihatnya dulu, aku tahu benda itu akan sangat berarti dan berharga bagiku.
walad, binti, moya, halas, yalah, dan entah perkataaan apa lagi yg tertulis di sana, aku ingat sedikit saja. bahkan aku tidak tahu bagaiman menulisnya. sama sepertimu kurasa.
mama hanya bisa menulis huruf latin saja. tidak bisa membaca tulisan arab. tapi mama menguasai banyak sekali kosakata. lebih dari itu, mama fasih berbahasa arab. berbeda denagnku yg dapat membaca, tapi tidak mengusaia kosakata, apalagi berkata-kata.

ma,
pelajaran bahasa arab yang aku ikuti membawa mama kembali. seandainya mama ada di sini
...
seandainya mama ada di sini
...
dlm setiap kosakata, yang aku temukan adalah kerinduan.
seandainya mama masih ada, aku tidak mungkin masuk ke dalam kelas. mama saja sudah cukup. bertanya padamu pasti lebih daripada sekedar membuka kamus. mengobrol denganmu lebih daripada simulasi percakapan di dalam kelas. 
berada di dalam ruangan dan belajar bahasa arab dari awal membuatku sadar, bahwa episode hidup yang telah kulewatkan ternyata begitu bermakna. setiap momen bersamamu tak ternilai harganya, bahkan tak mungkin dapat kutebus denagn apapun juga. 
...
seandainya waktu berulang
...
aku ingin sekejap saja duduk di ruang tengah rumah kita, menanyakan padamu apa bahasa arab bagi setiap benda yang ada di sana. aku yakin mama pasti denagn senang hati menjelaskan semuanya. dan, kita bisa mengobrol lama. menjadi akrab dalam sekejap mata. seperti di saat-saat terakhir kita
...
aku ingin mama ada
menyaksikan setiap momen yg mama lewatkan selama aku tumbuh menjadi manusia yg berbeda. selama mama tinggalkan. TIDAK. BUKAN. maksudku, mama tidak pernah meninggalkan. mama hanya tiada hingga waktu yang begitu lama hingga kelak kita kembali bersama di tanah surga.

ma,
bundel kertas lusuh tulisan mama itu, sekarang  pasti sangat bermanfaat untukku.
mama yg sekolah hanya sampai kelas 2 SD, bekerja selama 4 th menjadi TKW di Saudi arabia, adalah pahlawan hidupku sepanjang masa.

ma,
ijinkan aku menuliskan apa yang belum sempat aku ucapkan,
ana uhibuki ya umi.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

takdir itu adalah rahasia Allah.
berhenti bertanya kenapa,
karena sebabnya akan kita ketahui melalui hikmah.

saat-saat yang dulu tersia-siakan kini menjadi waktu-waktu yang penuh perjuangan.
mama dan bahasa arab salah satunya.
sekarang aku sedang mengejar ketertinggalan.
mengisi halaman kosong yang aku lewatkan bertahun-tahun silam.
semoga ini menjadi setara dengan bundel kertas yang pernah mama tinggalkan.


.

Kamis, 12 Juli 2012

ikhtiar kita bagai langkah kaki

ada orang yang melangkah panjang
ada juga yang melangkah pendek.
ada yang berjalan perlahan
ada juga yang berjalan cepat
bahkan berlari.
begitulah....
ada yang memakai tongkat
ada yang menggunakan kursi roda

apapun itu,

perjalanan yang kita lalui pasti memiliki tujuan, bukan?
terserah bagaimana kita melangkah, sekalipun tujuan itu salah atau benar, yg terpenting harus sampai, bukan?

jadi, kenapa kita harus mencela ikhtiar orang lain?
pahamilah dulu, bahwa manusia diciptakan memiliki kaki-kaki yang berbeda-beda. maka, langkah atau ikhtiarnya pun pasti berbeda-beda.

Minggu, 27 Mei 2012

OST. 3 Idiots: Give Me Some Sunshine

Give Me Some Sunshine


vocal: Suraj Jagan & Sharman Joshi


Saari umar hum
Mar mar ke jee liye
Ek pal to ab humein jeene do
Jeene do

Saari umar hum
Mar mar ke jee liye
Ek pal to ab humein jeene do
Jeene do

Saari umar hum
Mar mar ke jee liye
Ek pal to ab humein jeene do
Jeene do

Na na na….Na na na….Na na na….Na na nana na….

Give me some sunshine
Give me some rain
Give me another chance
I wanna grow up once again

Give me some sunshine
Give me some rain
Give me another chance
I wanna grow up once again


Kandhon ko kitabon
Ke bojh ne jhukaya
Rishvat dena to khud
Papa ne sikhaya
99% marks laaoge to ghadi, varna chhadi

Likh likh kar pada hatheli par
Alpha, beta, gamma ka chaala
Concentrated H2SO4 ne poora
Poora bachpan jalaa daala

Bachpan to gaya
Jawani bhi gayi
Ek pal to ab humein
Jeene do jeene do

Bachpan to gaya
Jawani bhi gayi
Ek pal to ab humein
Jeene do jeene do

Saari umar hum
Mar mar ke jee liye
Ek pal to ab humein jeene do
Jeene do

Na na na….Na na na….Na na na….Na na nana na….

Give me some sunshine
Give me some rain
Give me another chance
I wanna grow up once again

Give me some sunshine
Give me some rain
Give me another chance
I wanna grow up once again


Na na na….Na na na….Na na na….Na na nana na….
Na na na….Na na na….Na na na….Na na nana na….

Minggu, 15 April 2012

OST Magical Doremi (opening): Ojamajo Carnival!!

Ojamajo Carnival!!




Sung by: MAHO-Dou(3) [There is an another version sung by MAHO-Dou(5)]
Lyrics: OOMORI Shouko
Composition: IKE Takeshi
Arrangement: SAKAMOTO Masayuki






Dokkiri Dokkiri DON DON!!
Fushigi na chikara ga waitara do-shiyo? (Do-suru?)
Bikkuri Bikkuri BIN BIN!!
Nandaka tottemo suteki ne i-desho! (I-yone!)


Throbbing, throbbing, DON DON!!
If mysterious power appears, what shall I do? (What will you do?)
Surprising, surprising, BIN BIN!!
It's somehow very nice, do you envy me! (We envy you!)


Kitto mainichi ga nichiyoubi
Gakkou no naka ni yuuenchi
Yana shukudai ha ze-nbu gomibako ni sutechae


Surely everyday changes into Sunday.
There is an amusement park in the school.
Let's throw all unwilling homeworks into a trash box.


Kyoukasho mitemo kaitenai kedo
Koneko ni kiitemo soppo muku kedo
Demo ne moshikashite honto-ni
Dekichau kamo shirenai yo!?


Though I read textbook, such tale isn't in it.
Though I ask kitten, it turns up the face.
But maybe realy
I will be able to do it!?


* Ookina koe de "PIRIKA PIRIRARA"
  Hashaide sawaide utatchae
  PAPA MAMA sensei gamigami ojisan
  "Urusa-i" nante ne kazan ga dai funka


* With my loud voice, "Pirika Pirirara".
  Let's frolic, let's make merry, and let's sing.
  Dad, Mom, teacher, and snappish oldman
  say "Noisyy" just like that volcano erupts violently.


** Osora ni hibike "PIRIKA PIRIRARA"
   Tonde hashitte mawatchae
   TESUTO de san ten egao ha man ten
   Dokidoki wakuwaku ha nenjuumukyuu


** Sound it in the sky, "Pirika Pirirara".
   Let's fly, let's run, and let's turn.
   I got 3 marks in the test, but my smile got full marks.
   I feel throb and excitment throughout the year.


Kinkira Kinkira RIN RIN!!
Nagareboshi wo tsukametara do-shiyo? (Do-suru?)
Batchiri Batchiri BAN BAN!!
Negaigoto ga kanau yo ne i-desho! (I-yone!)


Shining, shining, RIN RIN!!
If I can catch shooting star, what shall I do? (What will you do?)
All right, all right, BAN BAN!!
My wish comes true, do you envy me! (We envy you!)


Kitto mainichi ga tanjoubi
Haishasan ha zu-tto oyasumi
Itai chuusya ha yawarakai MASHUMARO ni shichae


Surely everyday changes into birthday.
Dentist will close always.
Let's change painful injection into soft marshmallow.


"Sonna no muri sa" Kimi ha warau dake
Koinu ni kiitemo shippo furu dake
Demo ne moshikashite honto-ni
Dekichau kamo shirenai yo!?


"Such tale is impossible" You only laugh at me.
Though I ask puppy, it only wags the tail.
But maybe realy
I will be able to do it!?


Ookina koe de "PIRIKA PIRIRARA"
Fuzakete sawaide odotchae
PAPA MAMA sensei gamigami ojisan
"Nenasa-i" nante ne kaminari okkochita


With my loud voice, "Pirika Pirirara".
Let's romp, let's make merry, and let's dance.
Dad, Mom, teacher, and snappish oldman
say "Go to bed" just like that thunderbolt hits me.


Osora ni hibike "PIRIKA PIRIRARA"
Jarete hashitte asonjae
JU-SU de kanpai okawari hyappai
Genki ga tenkomori nenjuumukyuu


Sound it in the sky, "Pirika Pirirara".
Let's frisk, let's run, and let's play.
Cheers, drink juice, another 100 glasses.
My energy overflows throughout the year.


Repeat *


Repeat *


Repeat **
Zutto zutto ne nenjuumukyuu


Repeat **
Always, always, throughout years.


OST Magical Doremi (closing): Kitto Ashita ha Surely Tomorrow



Kitto Ashita ha 
Surely Tomorrow


Sung by: SHUU Saeko
Lyrics: OOMORI Shouko
Composition: CHIHARA Maki
Arrangement: KAWASAKI Masahiro


Ashita ha atarashii watashi ni deaitai
Yuuki wo kudasai honno ichi GURAMU demo
I hope to meet new me tomorrow.
Please give me courage even if it's just 1 gram.
Kaeri michi hitori kiri hanauta wo utaeba
Sunao na kimochi ni naru choppiri nakitaku naru
If I'm humming while I'm coming home alone,
I come to be gentle feeling and come to want to cry slightly.
Kyou ha nazeka ienakatta
Kenka no ato no "Gomen ne"
Kaze no you ni sarigenaku ne
Tsutaetai na ashita ha
Without knowing why, today I couldn't say
after the quarrel "I'm sorry".
I'd like to say it informaly
like a breeze, tomorrow.
Marude yuuhi to onaji oikaketemo tooi
Nanoni doko he nigetemo tsuite kuru ne yume ha
It looks as if it's the same as the sinking sun. Though I chase it, it's far from me.
But wherever I may escape, it follows me. It's dream.
Kyou ha umaku tokenakatta
Go PE-JI me no kotae mo
Kage fumi shite tobi koeteku
Koishi ni nare itsuka ha
Today I couldn't solve successfully
the problem on 5th page.
I'd like to overcome it as if when we step on shadows and play,
I jump over a pebble, someday.
Ashita ha atarashii watashi ni deaesou de
Senobi wo shite mita honno ichi MIRI dakedo
I feel that I could meet new me tomorrow,
so I tried to straighten my body even if it's just 1 millimeter.

Rabu, 11 April 2012

Ketika Ikhlas Menamparku

Ikhlas mencercaku dengan pertanyaan menggebu, 
"Ada apa dengan keluh dan kecewamu?"
"Relakah kamu kehilangan aku karena kedua hal itu?"
"Apa artinya aku bagi dirimu kalau begitu?"
"Tolong, jangan biarkan aku pergi dari hatimu!"
"...karena aku tahu, selama ini kau telah menjagaku dalam senyum, diam dan tangismu"
"Ayo, tersenyumlah untukku!"
Dan, tiba-tiba aku terbangun dari tidurku.

***

created on Facebook at 14th March 2012, 9:09 PM.

Jalan Kembali

"Baiklah, sekarang coba tanyakan kembali apa yang kamu cari dari pergi pagi pulang malam?"
"Kenapa hatimu menangis tapi bibirmu tersenyum?"
"Apa artinya senyum tanpa bahagia? Apa artinya bahagia tanpa syukur?"
"Temani syukurmu dengan sabar! Temani sabarmu dengan ikhlas!"
"Kembalilah!" Kata jalan yang aku lalui malam itu, "Kembalilah pada niat awalmu!"
Jalanan itulah yang menyaksikan setitik air jatuh ke bumi, tapi bukan gerimis. Hanya setitik tangis.


***






created on Facebook at wednesday, 12nd April 2012, 10:37 PM

Rabu, 04 April 2012

catatan pengisi kekosongan


~pernahkah kau merasa....(jengjreng-jengjreng)
 ~pernahkah kau merasa....( jreng)
 ~pernahkah kau merasa hatimu hampa?
~pernahkah kau merasa hatimu kosong?

(ungu) 

hayoo ngaku saja, pernah g? 
setiap diri pasti pernah merasa sepi, pasti pernah merasa sendirian. saat itu biasanya kita. oopz...kita? loe aja kaleee :p btw, intinya merindui. cieee....prikitiew :D

tapi, tunggu dulu, ini bukan tentang rindu yang kayak di lagu-lagu. ini rindu yang 'sesuatu'. halaaah.
saat kekosongan itu terasa di hati, kita seringkali salah mengartikan ini. tentu hati yang kosong memang harus diisi. tapi, kita, cenderung berfikir untuk mengisinya dengan 'sesuatu' yang sebenarnya bisa dikatakan kurang tepat. karena orientasi kita seringkali berkutat pada persoalan laki-laki dan perempuan saja. 

satu hal yang kita sepakati bersama secara universal, bahwa setiap manusia butuh cinta. istilah kedokterannya mah 'meriang' alias merindukan kasih sayang. hohoho....preeet.
jadi, mari kita kaji, sesungguhnya cinta macam apa yang di butuhkan hati kita ini? *ya salaam. g kuku dah kata-katanya :D

dari sekian banyak curhatan yang masuk ke meja redaksi. wew. banyak diantaranya yang mengalami gangguan tidur dan kesulitan makan karena masalah per'hati'an. mereka terkena stress, kebingungan dan pusing memikirkan kekasih alias pacarnya. hadeu....hari gieneee? c'pe dweh *tepuk nyamuk di jidat*

sesungguhnya ada sebuah keajaiban yang dapat terkuak melalui  'kekonyolan' ini. tapi, kita simpan dulu keajaiban itu untuk nanti. sekarang, saatnya kembali ke pokok permasalahan, yaitu cinta, yang kata Ti Pat Kai mah "deritanya tiada akhir" ceunah.

Ya. sudah tahu deritanya tiada akhir tapi masih juga dikejar dan dicari. emang manusia itu kurang kerjaan apa ya? *mikirin iklan 'tanya kenapa?'*
Ya. namanya juga manusia. cinta memang sudah menjadi fitrahnya. dan, fitrah itu berasal dari Illahi. maka, cinta yang sesungguhnya kita cari dan kita rindui seharusnya adalah cinta Illahi. Sang Khalik. Sang Penggenggam hati. Dia-lah Sang Rabbi, pemilik cinta yang hakiki. cinta yang sejati.

sayangnya, manusia sering kali salah mengartikan ini :( laki-laki lebih cenderung memikirkan perempuan, begitu juga sebaliknya dnegan perempuan. berbagai cara mereka tempuh demi mengisi kekosongan hati tersebut. ya pacaranlah, selingkuhlah, ginilah, gitulah, macem-macem dweh pokoknya. so, akibat dari hubungan itupun macam-macam jadinya. saking mengerikannya, kalau kata bang shaleh di serial Upin&ipin mah, "tak kuase" membahasnya.

maka dari itu, saudaraku sekilo, eh...sekalian. ehem...ehem...uhuk. gluduk. jeleger! (sekalinya belajar pidato malah disambut gemuruh langit mau hujan. huuuuuu). 

sekiranya sudah jelas bahwa kekosongan hati yang kita rasakan saat ini... (sekali lagi, pertanyaan diulangi: kita? loe aja kaleee :p)...bukan sekedar untuk diisi 'sesuatu' yang pada akhirnya menyakiti. cinta manusia itu tidak ada yang sejati. Sejatinya yang kita rindui hanya Illahi.
ingat, yang kita butuhkan bukanlah sekedar 'seseorang' melainkan tuhan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dia-lah satu-satunya sekaligus segala-galanya dalam hidup kita.

maka, buanglah pacar pada tempatnya!
(kata-kata dapat nyontek dari judul sebuah buku. xixixi...mudah-mudahan g ada yang ngegugat. mudah-mudahan dapat komisi, karena sudah dijadikan ajang promosi. hahay, eh...aamiin)
cari dan kejarlah cinta-Nya! Raihlah ridho-Nya!sebab, Dia-lah yang hati ini butuhkan. dan, Dia-lah yang paling tahu apa yang kita butuhkan.

wahai, hati-hati kaum galau'ers sekalian, mari belajar mencintai-Nya dan tidak menyelingkuhi-Nya. insya Allah, cinta Allah akan membimbing kita ke jalan yang lurus termasuk dalam urusan 'pencarian' seseorang yang dijadikan Allah sebagai belahan hati kita. hikz, so...sweet.  

gapailah cinta Sang Pemilik hati, maka cinta hati manapun yang kita ingini, insya Allah, semoga Ia ridhoi.
aamiin.... 
(bergema sekali. berasa ngegali sumur ga seeeh? dalem nch)

***

biarpun gajebo begini, yang penting mah semoga bermanfaat dunia akhirat^^