♫
It’s kinda funny
♫
How life can change...
Jika memikirkan masa lalu, hampir semua hal yang
terjadi saat ini sepertinya mustahil. Seolah ada sebuah sistem yang mengatur
semua kejadian. Setahap demi setahap, selangkah demi selangkah, hingga tanpa
kita sadari sampailah kita pada detik ini. Tiba pada sebuah tujuan yang ketika
kita memikirkannya di masa lalu hal itu masih menjadi sebuah kemustahilan.
10 tahun lalu, aku adalah seorang siswi SMK yang
sangat menggandrungi buku. Hobby membaca dan suka sekali menulis. Namanya juga
kutu buku, selalu identik dengan sifat pendiam dan penyendiri. Begitulah aku
saat itu. sekarang pun mungkin masih begitu, tapi sudah sedikit lebih baik.
Insya Allah.
Awal aku menulis adalah untuk bicara. Mengeluarkan
isi pikiran agar bisa dimengerti orang lain. Karena melalui lisan, justru
sering terjadi kesalahpahaman. Maklum, aku kurang mampu berkomunikasi secara
langsung. Maka, aku memilih tulisan. Dengan menulis, aku berbicara. Aku bisa
bersuara dan didengar dunia.
Sayangnya, di dunia ini kenyataan seringkali tidak
sesuai dengan apa yang kita harapakan. Aku harap dunia bisa mendengar, tapi
nyatanya untuk melihat saja susah. Katanya buta huruf sudah musnah, tapi
sedikit sekali orang yang tertarik untuk membaca. Kalau begitu untuk apa mereka
melek huruf?
Kenyataan ini lah yang terjadi di lingkungan
sekitarku. Bahkan mungkin di Indonesia pada umumnya. Entah karena tingkat
pendidikan yang rendah atau apa, sepertinya kegiatan menulis dan membaca selalu
diidentikan dengan kata belajar. Belajar identik dengan sekolah. Sekolah
identik dengan pendidikan. Pendidikan identik dengan sifat eksklusif. Tinggi,
mulia, dan mahal. Banyak yang mengejarnya, tapi tidak sedikit yang justru mengesampingkannya.
Keluarga dan lingkunganku mungkin bagian dari yang
tidak sedikit itu. begitu lulus SMK, aku sadar bahwa keadaan ini belum mampu
aku lawan. Keinginan untuk kuliah aku urungkan. Keterbatasan dana memang jadi
kendala utama. Namun, sebenarnya ada sesuatu yang lebih besar lagi dari itu.
kesadaran tentang pentingnya pendidikan dan kewajiban untuk meraihnya.
Maka, aku terus menyimpan impian. Terus berharap.
Menjaga cita-cita. Aku masih membaca, manulis dan bergaul dengan buku meski
tidak lagi bersekolah juga tidak kuliah. Mungkin di mata dunia aku sedang melakukan hal yang sia-sia.
Tapi, aku yakin tidak demikian di mata Allah.
Membaca dan menulis adalah sebuah kebaikan.
Mengerjakannya adalah kebaikan. Dan insya allah tidak ada yang sia-sia ketika
kita berusaha untuk memperoleh kebaikan. Meski banyak keterbatasan dan sedikit
sekali dukungan, aku terus bertahan dengan keyakinan itu.
Suatu hari, 10 tahun yang lalu, mataku terjerat
oleh sebuah buku. Mungkin ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama. Saat
itu aku tidak tahu itu buku apa. Yang aku lihat hanya covernya saja. gambar
animasi seorang gadis manis berjilbab pink. Ilustrasi itu benar-benar melekat
di kepalaku. Berbulan-bulan aku mencari buku itu. judulnya Aisyah Putri.
Penulisnya Asma Nadia.
Subhanallah. Itu adalah sebuah serial yang
benar-benar menginspirasi. Rasanya ingin sekali semua orang tahu tentang buku
ini. aku yakin sekali, buku seperti inilah yang harus di baca oleh semua remaja
muslim Indonesia. Buku seperti inilah yang harusnya ada. Saat itu juga aku
putuskan, buku seperti inilah yang ingin aku buat.
Aisyah Putri menjadi penanda perkenalanku dengan
sastra Islam dan Forum Lingkar Pena. Dari profil Asma Nadia dan Helvy Tiana
Rossa, aku mengintip FLP. sebuah organisasi kepenulisan yang membuat mataku
berbinar-binar. Sempat terbersit keinginan untuk bergabung di dalamnya. Namun,
saat itu keadaan masih tidak memungkinkan.
Aku bukanlah siapa-siapa. Menulis pun masih
sekedar goresan tak karuan. Rasanya masih jauh sekali untuk mencapai cita-cita
menjadi penulis sungguhan. Namun, cita-cita itu tetap aku genggam. Sampai mati
sekalipun, aku tidak akan membunuh impian.
Percaya atau tidak, impian itu memiliki kekuatan
untuk membangun. Di sana ada visi. Di sana ada gambaran masa depan. Ada
dorongan untuk mewujudkannya menjadi kenyataan. Kekuatan itu mengarahkan kita
pada ikhtiar dan do’a.
Aku semakin tertarik pada dunia tulis-menulis,
terutama sastra Islami. itu jugalah yang mengenalkanku pada dunia Islam. Ada
gambaran tentang kehidupan yang ideal
juga hikmah dan keteladanan di dalamnya. Sastra yang indah sekaligus
bermakna. Aku pun mulai mengoleksi buku-buku. Beberapa karya penulis FLP
menjadi koleksi bacaanku. Satu per satu akhirnya memenuhi meja. Seiring dengan
itu banyak perkembangan yang terjadi pada diriku. Mulai dari pola pikir,
pemahaman, pengetahuan, dan lain sebagainya. Membaca telah merubah segalanya. Dunia
seakan mulai terbuka.
Langkahku akhirnya berujung pada pertemuan dengan
organisasi yang selama ini aku impikan. Tidak kusangka setelah 10 tahun,
akhirnya keinginanku untuk bergabung dengan FLP terlaksana. Hal itu terjadi
justru di tempat yang tidak kusangka-sangka. Ya, awalnya aku terhubung dengan
FLP melaui facebook. Siapa yang bisa menduga? Yang namanya handphone saja baru
aku kenal 4 tahun lalu, sedangkan masalah koneksi internet baru aku pelajari 2
tahun yang lalu. Dan, hubungan dengan FLP baru dimulai kurang lebih setahun
yang lalu.
Aku akui telah tertinggal dalam banyak hal.
Terutama dalam bidang keilmuan. Aku tidak pernah kuliah. Saat ini aku bekerja
sebagai karyawan di sebuah perusahaan garment. Waktuku banyak tersita di tempat
kerja. Boleh dibilang, aku lebih sering online di depan mesin jahit ketimbang
komputer. Tapi, dalam satu seminggu, ada satu hari yang selalu bisa menghapus
penat pekerjaan. Itu adalah sabtu sore dimana kajian rutin FLP Purwakarta
dilangsungkan.
Hari itu tasku selalu terisi buku. Lucunya,
buku-buku itu aku bawa ke pabrik tempat kerjaku. Awalnya malu, tapi lama-lama
beberapa teman juga tahu. Mungkin, masih ada yang mencemooh kelakuanku,
mengingat membaca belum jadi budaya dalam keseharian bangsa kita. Mungkin juga
ada yang menganggap aku sok intelek karena buku tadi. Tapi, tidak sedikit juga
yang kemudian menyatakan suka. Mereka tertarik juga untuk membaca. Kendalanya
hanya buku-bukunya saja yang tidak ada. Maka, aku pinjami mereka. Ini aku sebut
kegiatan berbagi kebaikan.
Bukankan menulis itu adalah menyampaikan
pemikiran? Dan, menyampaikan itu juga bagian dari berbagi. FLP telah
mengajarkan banyak kebaikan semacam itu. Kami diharapkan bukan untuk sekedar
menulis. Melainkan, menyuguhkan manfaat bagi pembaca. Mencerahkan dan
memotivasi. oleh karena itulah, FLP bukan sekedar organisasi kepenulisan biasa.
Forum ini juga menjadi bagian dari pembentukan karakter penulisnya.
Alhamdulillah, ternyata aku bukan satu-satunya
orang aneh di dunia. Benar. Di FLP malah lebih banyak orang yang aneh dan lebih
gila lagi karena semua suka membaca dan
suka menulis. Kecintaan inilah yang menyatukan kami.Terserah apapun yang
dikatakan orang. Setiap manusia memang memiliki pandangan dan penilaian yang
berbeda-beda. Namun, intinya tidak ada satupun yang berhak menghalangi
seseorang untuk berbuat kebaikan bagi dirinya.
Jika dulu aku tidak mampu melawan keadaan yang
mengungkungku. Jika dulu aku memilih untuk mengubur keinginanku. Sekarang
tidak. Aku dan manusia manapun memiliki hak yang sama untuk menentukan arah
hidupnya. jadi, boleh kan buruh pabrik jadi penulis. Hehehe...
10 tahun aku telah tertidur. Sedikit sekali yang
aku lakukan untuk mengejar mimpi itu. Tapi, percaya atau tidak, nyatanya
sekarang aku punya tulisan. Lucunya lagi, walaupun tidak pernah kuliah tapi
seminggu sekali aku pergi ke kampus karena rutinan FLP Purwakarta diadakan di
area sebuah kampus ternama. Walaupun tidak kuliah, toh Ilmu itu bertebaran di
sekitar. Kita bisa menangkapnya dengan ‘membaca’.
Memang ada sebuah sistem yang mengatur perjalanan
hidup kita. Sistem itu kita kenal dengan sebutan Sunatullah. Setiap yang kita
jalani tertulis dalam skenario takdir. Hanya Allah yang mampu mengaturnya
sedemikian indah. Kita seringkali tidak sadar bahwa sesungguhnya Dialah yang
memeperjalankan langkah kita hingga sampailah kita pada tujuan yang tadinya
kita anggap mustahil untuk dicapai. Allah lah rahasia keajaiban dalam hidup
kita.
Subhanallah walhamdulillah wa laa ilaha ilallah
wallahu akbar.
Purwakarta, 12-02-2012
***
Diposting di:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar